Entah mengapa, akhir-akhir ini gue menganggap semua orang menjadi menjengkelkan. Mungkin bisa dibilang, gue sedang berada dititik jenuh, paling jenuh. Gue pun sampai bingung bagaimana menuliskan ini lewat tulisan. Rasanya seperti tak ada lagi orang yang bisa membuat kita menjadi semangat. Rasanya seperti tak ada lagi orang yang memerdulikan kita. Rasanya seperti dunia ini enggan melihat kita. Entahlah....
Gue ga tau, apa yang harus gue lakukan saat ada dititik jenuh. Menulisnya dalam tulisan pun tak niat. Menceritakan kepada oranglain? Ah rasanya hanya membuang-buang waktu. Karena jarang gue temukan orang yang bisa mendengarkan dan memberi solusi dengan baik.
Gue lebih memilih berdiam diri dan melakukan aktivitas seperti biasa, meski dalam posisi jenuh. Meratapi kejadian yang telah lalu... oke wait, bukan meratapi.. lebih tepatnya merenungi apa yang membuat gue berada dalam titik jenuh dan memulai intropeksi diri. Yang gue tau, saat seseorang berada dititik jenuh, pasti ada yang melatarbelakanginya, entah itu karena sebuah permasalahan yang tak kunjung selesai atau ada seseorang yang membuat.... makan hati, misalnya. Ah entahlah..
Tapi permasalahannya, gue bingung apa yang membuat gue dalam posisi jenuh seperti ini. Gue pun ga bisa mengidentifikasi masalah apa yang gue hadapi sekarang ini. Mungkin, ini bukan soal permasalahan yang tak kunjung selesai, tapi... gue juga ga tau.
Sekarang, gue lebih suka sendiri. Lebih menyukai duduk sendiri saat istirahat sekolah dibanding berkumpul berasama teman lainnya. Entah apa yang gue lakukan, sama saja.... gue tetap berada diposisi jenuh maksimal. Dan setelah gue pikir-pikir, berada diantara teman-teman ataupun sendirian tidak jauh beda, karena gue masih merasa jenuh. Emosi pun tak terkendali. Air mata pun seakan tak mau hanya berada dimata, tapi ingin mendarat dipipi. Mungkin banyak orang yang tak tau, karena gue lebih suka menyimpannya sebagai rahasia gue sendiri. Sespesial apapun orang itu, gue lebih suka menyimpannya sendiri.
Mengutip kata-kata diawal tadi, rasanya seperti tidak ada lagi yang membuat semangat. Menurut gue, kalau kita sedang dalam titik jenuh, orang yang membuat semangat itu sangat dibutuhkan. Yap, bagaimana tidak? Saat kita sedang tak karuan menjalani hidup yang tak masuk akal ini, ada seseorang yang memberi dorongan semangat, meskipun hanya seuntaian kata-kata; 'semangat ya', itu membuat kita lebih..... entah harus gue tulis apa. Gue sih ga terlalu butuh itu, tapi....... ah entahlah gue susah mengutarakannya, yang jelas gue cukup mandiri untuk menyemangati diri sendiri.
Dalam kehidupan nyata, gue lebih suka memberi masukan dan dorongan untuk oranglain, sedangkan memberi masukan dan solusi untuk diri sendiri, tak secuilpun. Betapa lucunya gue yang selalu bisa bersikap bijak didepan oranglain sedangkan untuk gue sendiri? Gue hanya orang cupu yang entah harus bagaimana caranya bersikap lebih bijak dari masalah yang dihadapi.
Andaikan gue memiliki seseorang yang bisa membuat gue bijak terhadap diri gue sendiri........... oke ini cuma andaikan, bukan harapan yang muluk. Jarang sekali ada orang yang seperti itu, biasanya sih banyak orang yang bijak, tapi jarang ada orang yang bisa membuat kita bijak terhadap diri kita sendiri.
Saat hidup sedang tak bersahabat denganmu, jangan mengeluh.... Karena, hidup itu memang aneh dan seperti teka-teki yang kadang membuatmu menyukai indahnya hidup ini dan kadang pula membuatmu membenci pahitnya hidup ini. Netral dan seimbang. Ada hujan, ada pelangi. Ada tangis, ada tawa. Ada kamu, ada aku^^
Karena kehidupan tak ada yang abadi, jangan terlalu merasa hanya kamu seorang diri yang merasa sial. Lihatlah kebawah, karena ada yang lebih sial dari yang kamu pikirkan. Ga perlu semuanya ditulis dimedia sosial, karena ga guna juga sih, lagi pula tak semua orang harus tau masalahmu kan?^^
Yah, namanya juga hidup, kembali lagi ke permasalahan hidup. Sulit. Karena hidup tak semudah mengatakan 'I Miss You' dan tak semudah menjawab 'I Miss You Too'.
Terima kasih, untuk kamu yang....... ah sudahlah ♚
Gue ga tau, apa yang harus gue lakukan saat ada dititik jenuh. Menulisnya dalam tulisan pun tak niat. Menceritakan kepada oranglain? Ah rasanya hanya membuang-buang waktu. Karena jarang gue temukan orang yang bisa mendengarkan dan memberi solusi dengan baik.
Gue lebih memilih berdiam diri dan melakukan aktivitas seperti biasa, meski dalam posisi jenuh. Meratapi kejadian yang telah lalu... oke wait, bukan meratapi.. lebih tepatnya merenungi apa yang membuat gue berada dalam titik jenuh dan memulai intropeksi diri. Yang gue tau, saat seseorang berada dititik jenuh, pasti ada yang melatarbelakanginya, entah itu karena sebuah permasalahan yang tak kunjung selesai atau ada seseorang yang membuat.... makan hati, misalnya. Ah entahlah..
Tapi permasalahannya, gue bingung apa yang membuat gue dalam posisi jenuh seperti ini. Gue pun ga bisa mengidentifikasi masalah apa yang gue hadapi sekarang ini. Mungkin, ini bukan soal permasalahan yang tak kunjung selesai, tapi... gue juga ga tau.
Sekarang, gue lebih suka sendiri. Lebih menyukai duduk sendiri saat istirahat sekolah dibanding berkumpul berasama teman lainnya. Entah apa yang gue lakukan, sama saja.... gue tetap berada diposisi jenuh maksimal. Dan setelah gue pikir-pikir, berada diantara teman-teman ataupun sendirian tidak jauh beda, karena gue masih merasa jenuh. Emosi pun tak terkendali. Air mata pun seakan tak mau hanya berada dimata, tapi ingin mendarat dipipi. Mungkin banyak orang yang tak tau, karena gue lebih suka menyimpannya sebagai rahasia gue sendiri. Sespesial apapun orang itu, gue lebih suka menyimpannya sendiri.
Mengutip kata-kata diawal tadi, rasanya seperti tidak ada lagi yang membuat semangat. Menurut gue, kalau kita sedang dalam titik jenuh, orang yang membuat semangat itu sangat dibutuhkan. Yap, bagaimana tidak? Saat kita sedang tak karuan menjalani hidup yang tak masuk akal ini, ada seseorang yang memberi dorongan semangat, meskipun hanya seuntaian kata-kata; 'semangat ya', itu membuat kita lebih..... entah harus gue tulis apa. Gue sih ga terlalu butuh itu, tapi....... ah entahlah gue susah mengutarakannya, yang jelas gue cukup mandiri untuk menyemangati diri sendiri.
Dalam kehidupan nyata, gue lebih suka memberi masukan dan dorongan untuk oranglain, sedangkan memberi masukan dan solusi untuk diri sendiri, tak secuilpun. Betapa lucunya gue yang selalu bisa bersikap bijak didepan oranglain sedangkan untuk gue sendiri? Gue hanya orang cupu yang entah harus bagaimana caranya bersikap lebih bijak dari masalah yang dihadapi.
Andaikan gue memiliki seseorang yang bisa membuat gue bijak terhadap diri gue sendiri........... oke ini cuma andaikan, bukan harapan yang muluk. Jarang sekali ada orang yang seperti itu, biasanya sih banyak orang yang bijak, tapi jarang ada orang yang bisa membuat kita bijak terhadap diri kita sendiri.
Saat hidup sedang tak bersahabat denganmu, jangan mengeluh.... Karena, hidup itu memang aneh dan seperti teka-teki yang kadang membuatmu menyukai indahnya hidup ini dan kadang pula membuatmu membenci pahitnya hidup ini. Netral dan seimbang. Ada hujan, ada pelangi. Ada tangis, ada tawa. Ada kamu, ada aku^^
Karena kehidupan tak ada yang abadi, jangan terlalu merasa hanya kamu seorang diri yang merasa sial. Lihatlah kebawah, karena ada yang lebih sial dari yang kamu pikirkan. Ga perlu semuanya ditulis dimedia sosial, karena ga guna juga sih, lagi pula tak semua orang harus tau masalahmu kan?^^
Yah, namanya juga hidup, kembali lagi ke permasalahan hidup. Sulit. Karena hidup tak semudah mengatakan 'I Miss You' dan tak semudah menjawab 'I Miss You Too'.
Terima kasih, untuk kamu yang....... ah sudahlah ♚